Selamat datang

GMKI LUWUK ►►PERHATIAN WEB INI MASIH TAHAP PERBAIKAN sebagian button mungkin tidak berfungsi!!!

Thursday, July 18, 2013

Mengenal Sosok Johannes Leimena, Pahlawan Nasional, Salah Satu Pendiri GMKI


Dokter Johannes Leimena atau yang biasa dipanggil "Om Jo" sangat dikenal dikalangan kader GMKI. Beliau dilahirkan di Kota Ambon Maluku pada tanggal 06 Maret 1905. Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) dimana ia meneruskan studinya di ELS (Europeesch Lagere School), namun hanya untuk beberapa bulan saja lalu pindah ke sekolah menengah Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang). Dari sini ia melanjutkan pendidikannya ke MULO Kristen, kemudian melanjutkan pendidikan kedokterannya STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), Surabaya - cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada "Gerakan Oikumene". Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung. Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke 4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) tahun 1950.
Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia ikut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.
Patung J. Leimena di Ambon
Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA Surabaya (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Pidato beliau yang sangat dikenang pada saat pembentukan GMKI tanggal 9 Februari 1950 : "Tindakan ini adalah suatu tindakan historis bagi dunia mahasiswa umumnya dan masyarakat Kristen pada khususnya. GMKI menjadilah pelopor dari semua kebaktian yang akan dan mungkin harus dilakukan di Indonesia. GMKI menjadilah suatu pusat sekolah latihan (leershool) dari orang-orang yang mau bertanggungjawab atas segala sesuatu yang mengenai kepentingan dan kebaikan negara dan bangsa Indonesia. GMKI bukanlah merupakan Gesellschaft, melainkan ia adalah suatu Gemeinschaft, persekutuan dalam Kristus Tuhannya. Dengan demikian ia berakar baik dalam gereja, maupun dalam Nusa dan Bangsa Indonesia. Sebagai bagian dari iman dan roh, ia berdiri di tengah dua proklamasi: Proklamasi Kemerdekaan Nasional dan Proklamasi Tuhan Yesus Kristus dengan Injilnya, ialah Injil Kehidupan, Kematian dan Kebangkitan"
Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di "CBZ Batavia" (kini RS Cipto Mangunkusumo). Tak lama ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit ini ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.
Salah satu karya Almarhum dalam bidang Kesehatan adalah “Bandung Plan” tahun 1951 yang ditingkatkan tahun 1954 dan dikenal sebagai “Leimena Plan”, yang merupakan cikal bakal dari “PUSKESMAS” yang kita kenal sekarang. Menjadi Direktur Rumah Sakit Cikini hingga Tahun1973 dan menjadi Penasihat Umum pada Dewan Direksi dan Direktur Emiritus Rumah Sakit Cikini hingga wafatnya
Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957. Selain di Parkindo, Leimena juga berperan dalam pembentukan DGI (Dewan Gereja-gereja di Indonesia, kini PGI), juga pada tahun 1950. Di lembaga ini Leimena terpilih sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.
Sebagai seorang negarawan ia duduk dalam pemerintahan, memegang berbagai jabatan di antaranya yang paling lama ialah menduduki jabatan Menteri Kesehatan RI yaitu selama delapan kali masa jabatan dan tujuh kali menjadi pejabat Presiden RI. Dialah satu-satunya orang yang berhasil jadi menteri selama 21 tahun berturut-turut. Hebatnya lagi, dalam 18 kabinet yang berbeda pula. Bahkan Leimena pernah sampai tujuh kali memegang fungsi Pejabat Presiden RI.
Apa yang membuat Leimena dipercaya baik oleh kalangan Nasionalis, Islam, dan Komunis? Berbagai nara sumber menyebut karakter Leimena yang menonjol, yaitu sederhana, jujur, dan tenang. Roeslan Abdulgani, mantan wakil perdana menteri menulis, “Mengenang Dr.Leimena atau Om Jo adalah mengenang seorang pribadi sederhana. Sederhana dalam cara berpikirnya dan sederhana dalam cara hidupnya. Sederhana tidak dalam arti dangkal tapi secara mendalam. Lurus dan tidak berliku-liku. Wajar seadanya dan tidak dibuat-buat".
Sumbangsih Leimena sebagai hati nurani juga dituturkan oleh Ridwan Saidi, mantan Ketua Umum PB Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Ketika itu Presiden Soekarno berniat membubarkan Masyumi dan HMI karena kedua organisasi ini mengkritik Bung Karno. Ternyata Leimena berprakarsa mencegah Bung Karno membuat keputusan itu.


Pejabat Presiden Laksdya. (Tituler) Johannes Leimena selaku Inspektur Upacara hari ABRI ke XIX (5 Oktober 1964). Para Menteri/Panglima Angkatan di belakangnya, kiri ke kanan: Mayjen. (AD) Achmad Yani, Laksma. (AL) RE Martadinata, Laksdya. (AU) Omar Dani, dan Irjen. (Pol) Soetjipto Danoekoesoemo.
Sikap pribadinya yang sederhana dengan Iman Kristen yang sejati dan teguh, menyebabkan ia dapat diterima oleh semua golongan. Sebagai pemimpin Partai Kristen Indonesia (PARKINDO) ia selalu dapat duduk dalam berbagai kabinet karena pendiriannya untuk kepentingan negara di atas segala-galanya, bahkan karena kejujurannya Presiden Soekarno pernah berkata Siapa orang paling jujur menurut Bung Karno? Jawabnya: Johannes Leimena! Ini yang dikatakan Bung Karno, “Ambillah misalnya Leimena…saat bertemu dengannya aku merasakan rangsangan indra keenam, dan bila gelombang intuisi dari hati nurani yang begitu keras seperti itu menguasai diriku, aku tidak pernah salah. Aku merasakan dia adalah seorang yang paling jujur yang pernah kutemui.”

Dalam foto tanggal 17 Januari 1948 di atas kapal perang AS Renville ini, tampak dari kanan ke kiri: Amir Syarifuddin, Setiadjit, Johannes Leimena, H. Agus Salim, Ali Sastroamidjojo, dan Latuharhary, melakukan perjuangan diplomasi demi kemerdekaan Indonesia.
Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri, namun ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota DPA (Dewan Pertimbangan Agung) hingga tahun 1973. Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain. Ketika Parkindo berfusi dalam PDI (Partai Demokrasi Indonesia, kini PDI-P), Leimena diangkat menjadi anggota DEPERPU (Dewan Pertimbangan Pusat) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini.
Pada tanggal 29 Maret 1977, J. Leimena meninggal dunia di Jakarta.
Sebagai penghargaan kepada jasa-jasanya, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden RI No 52 TK/2010 pada tahun 2010 memberikan gelar Pahlawan Nasional kepada Dr. Johannes Leimena.

KARYA TULIS
Selama hidupnya, Almarhum menerbitkan 93 Karya Tulis a.l.:
Bidang Keagamaan 19 Buah
Bidang Organisasi dan Kepartaian 13  buah
Bidang Kesehatan 33 buah
Bidang Kenegaraan dan Politik 15 buah
Bidang Lain-lain 13 buah

TANDA-TANDA JASA/KEHORMATAN
a. Dari Pemerintah Republik Indonesia :
    1. Bintang Gerilya
    2. Bintang Mahaputra Kls II
    3. Satya Lencana Pembangunan
    4. Satya Lencana Kemerdekaan
    5 .Satya Lencana Karya Satya

b. Dari Pemerintah Negara Negara Lain :
    1. Philipina
    2. Bolivia
    3. Rumania
    4. Yugoslavia
    5. Equador
    6. Thailand
    7. Republik Persatuan Arab
    8. Kambodia
    9. Mexico

JABATAN
1.       Menteri Muda Kesehatan pada Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946)
2.       Wakil Menteri Kesehatan pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 27 Juni 1947)
3.       Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 - 11 November 1947)
4.       Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 - 29 Januari 1948)
5.       Menteri Kesehatan pada Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 - 4 Agustus 1949)
6.       Menteri Negara pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 - 20 Desember 1949)
7.       Menteri Kesehatan pada Kabinet Republik Indonesia Serikat/RIS (20 Desember 1949 - 6 September 1950)
8.       Menteri Kesehatan pada Kabinet Natsir (6 September 1950 - 20 Maret 1951)
9.       Menteri Kesehatan pada Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951 - 3 April 1952)
10.   Menteri Kesehatan pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 - 30 Juli 1953)
11.   Menteri Kesehatan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 - 24 Maret 1956)
12.   Menteri Sosial pada Kabinet Djuanda (9 April 1957 - 10 Juli 1959)
13.   Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja I (10 Juli 1959 - 18 Februari 1960)
14.   Wakil Menteri Utama merangkap Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja II (18 Februari 1960 - 6 Maret 1962)
15.   Wakil Menteri Pertama I pada Kabinet Kerja III (6 Maret 1962 - 13 Desember 1963)
16.   Wakil Perdana Menteri II pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963 - 27 Agustus 1964)
17.   Menteri Koordinator pada Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964 - 22 Februari 1966)
18.   Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Koordinator, dan Menteri Perguruan Tinggi & Ilmu Pengetahuan pada Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966 - 28 Maret 1966)
19.   Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum pada Kabinet Dwikora III (27 Maret 1966 - 25 Juli 1966)

 Dirangkum dari berbagai sumber.

No comments:

Post a Comment