Selamat datang

GMKI LUWUK ►►PERHATIAN WEB INI MASIH TAHAP PERBAIKAN sebagian button mungkin tidak berfungsi!!!

Tuesday, August 27, 2013

Mahasiswa Kristen se Asia Pasifik berkumpul di Manila membicarakan Komersialisasi Pendidikan


gmki.or.id. World Student Christian Federation regional Asia Pacific (WSCF AP) setiap tahunnya mengadakan kegiatan human right justice and peace (HRJP). Tema HRJP tahun ini adalah “Voices from the Margins in an era of commercialization of education: Students Reclaiming Rights to Education for All”  kegiatan yang berlangsung di Manila ini dihadiri oleh lima belas Student Christian Movement (SCM) dari total 20 SCM WSCF di regional Asia Pacific. Kelima belas negara tersebut adalah Indonesia (GMKI), Malaysia, Thailand, Kamboja, Taiwan, Myanmar, Banglades, India, Nepal, Filipina, Australia, New Zealand, Hongkong, Jepang, dan Korea Selatan. Kegiatan ini akan berlangsung selama 24 – 30 Agustus 2013 di Communication Foundation for Asia, Manila, Filipina.
Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) mengutus sdr. Ayub Pongrekun, yang merupakan Sekretaris Fungsi Bidang Komunikasi dan Hubungan Internasional Pengurus Pusat GMKI. Pada hari ini (25/8), tiap tiap SCM diberikan kesempatan untuk menyampaikan mengenai kondisi pendidikan di Negaranya masing-masing, menyangkut sistem pendidikan dan persoalan yang dihadapi dalam dunia pendidikan. 
Sesuai dengan temanya, HRJP tahun ini fokus membicarakan persoalan komersialisasi pendidikan. Selain menyampaikan soal kondisi pendidikan di Indonesia yang semakin mengikuti liberlisasi pasar dan semakin meningkatnya komersialisasi pendidikan, GMKI juga menyampaikan persoalan pendidikan yang belum merata di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil dan di daerah perbatasan Indonesia. Kondisi pendidikan di pedalaman Papua, Papua Barat dan kondisi di daerah Kaliantan Timur dan Barat menjadi hal yang diangkat oleh delegasi GMKI mengenai kondisi pendidikan di perbatasan Indonesia.

Sumber: PP GMKI

Wednesday, August 14, 2013

Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya

Memangnya Dia Bisa Merobek Bendera Itu Sendirian
Soemarsono, Tokoh Kunci dalam Pertempuran Surabaya (3-Habis)

Setelah hampir 25 tahun tinggal di Sydney, Australia,  Soemarsono sempat ke Surabaya. Tujuh tahun yang lalu. Yakni ketika dia ke Jakarta untuk menengok anak-anaknya. Kali ini dia ke Indonesia sebagai orang asing. Ia ingin tahu bagaimana keadaan Kota Surabaya. Kota yang pada 1945 melakukan pertempuran besar dan dialah salah seorang tokoh utamanya. Dia juga sempat ke Jalan Peneleh untuk melihat rumahnya yang bersejarah itu.

Monday, August 5, 2013

Pernyataan Sikap PP GMKI mengenai ledakan di Vihara Ekayana

PENGURUS PUSAT GERAKAN MAHASISWA KRISTEN INDONESIA
ATAS LEDAKAN DI VIHARA EKAYANA
Senin, 05 Agustus 2013
Apapun yang menjadi alasan pelaku dalam Ledakan di Vihara Ekayana tidak dapat dibenarkan secara rasio karena dapat memicu ketidak harmonisan kehidupan dalam bermasyarakat yang berpotensi kearah konflik horisontal dalam hal ini yang dirugikan tentunya masyarakat luas yang terprovokasi oleh ulah manusia yang tidak mengerti kehadirannya di dunia ini. Pengurus Pusat GMKI prihatin disaat pengakuan, penghormatan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia menjadi bagian penting dalam negara hukum indonesia akan tetapi pengeboman ini menjadi bukti nyata negara belum maksimal dalam memproteksi kehadiran kaum ekstrimis yang sejatinya merusak tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ledakan di Vihara Ekayana harus di maknai sebagai kritik terhadap ketidak maksimalan negara dalam menjalankan fungsinya tapi perbuatan tersebut tidak dapat dibenarkan secara moral dan agama. Pengurus Pusat GMKI dalam hal ini menyatakan sikapnya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni:
(1).     Pengurus Pusat GMKI menyayangkan Ledakan di Vihara Ekayana merupakan perbuatan oknum manusia yang tidak mengerti kehadirannya di dunia ini, karena perbuatan tersebut merupakan wujud ketidak pahaman dari indahnya keharmonisan dalam bingkai perbedaan dan perbuatan tersebut patut di sayangkan.
(2).     Ledakan di Vihara Ekayana tidak dapat dibenarkan perbuatannya oleh agama manapun yang diakui dinegara ini, karena sejatinya agama bermanfaat mendidik manusia untuk berani menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan
(3).     Pengurus Pusat GMKI Menuntut segera agar negara menangkap pelaku Ledakan di Vihara Ekayana agar tidak menjadi larut dalam pembahasan yang tidak berujung pada kepuasan masyarakat yang peduli terhadap keharmonisan kehidupan dalam bermasyarakat yang plural.
(4).     Menghukum pelaku Ledakan di Vihara Ekayana  seberat-beratnya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku di Negara Republik Indonesia ini, agar perbuatan yang sama tidak terulang kembali.
(5).     Menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak terprovokasi untuk bertindak anarkis sebagai wujud respon terhadap Ledakan di Vihara Ekayana.
(6).     Mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk kembali memahami esensi dari kehadiran manusia sebagai ciptaan Tuhan di dunia ini dan kembali mengamalkan ajaran agama masing-masing demi tercapainya Indonesia yang berkeadilan.
Demikian respon PP GMKI terhadap Ledakan di Vihara Ekayana oleh oknum manusia yang tidak bertanggungjawab, kiranya negara kembali peka agar hal serupa tidak terulang kembali dan rakyat tidak selalu menjadi korban karena ketidak pekaan negara untuk mendeteksi kejadian-kejadian serupa. Rakyat menjadi sentral perhatian betapa mereka telah terabaikan oleh negara, yang begitu senjang dari cita tujuan penyelenggaraan bernegara. Terima Kasih…!
Ut Omnes Unum Sint

Sumber:

Saturday, August 3, 2013

Pontianak Jadi Tuan Rumah Kongres XXXIV GMKI Tahun 2014

Kongres merupakan alat perlengkapan tertinggi dalam organisasi GMKI. Dalam moment Kongres GMKI, keputusan-keputusan penting GMKI dilahirkan arah, ide dan gerak GMKI sangat besar dipengaruhi dari keputusan-keputusan Kongres.
Rapat Pengurus Harian yang dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2013 menetapkan cabang Pontianak menjadi tuan rumah Kongres GMKI ke XXXIV berdasarkan pertimbangan kesiapan dengan menggunakan indikator dua tahapan. Pada kesempatan presentasi dihari sebelumnya cabang Sorong tidak menghadiri sesi presentasi calon tuan rumah, dan tidak mengumpulkan dokumen surat rekomendasi.
Ketua Umum dalam penyampaiannya dihadapan pengurus pusat dan ketua cabang Pontianak mengemukakan, bahwa Pengurus Pusat memutuskan Pontianak sebagai tuan Rumah Kongres XXXIV GMKI, dengan memberikan catatan-catan atas hal-hal yang mesti dilakukan oleh Panitia dan Badan Pengurus Cabang Pontianak, diantaranya mengenai BPC yang tidak boleh masuk dalam susunan panitia, “Badan Pengurus Cabang harus fokus pada pembinaan kader dan fokus ke pelaksanaan program” kata Supriadi Narno, Ketua Umum GMKI.
Sumber: PP GMKI

PP GMKI jadwalkan beraudiensi dengan duta besar Jerman

Pengurus Pusat GMKI pada tanggal 20 Agustus 2013 akan melangsungkan audiensi dengan pemerintah Jerman melalui duta besarnya untuk Indonesia. Kedutaan Jerman yang beralamat di Jl. MH. Thamrin no 1 menjadi tempat dilaksanakannya pertemuan tersebut.
Beberapa agenda yang akan dibicarakan dalam audiensi tersebut antara lain mengenai perkenalan pengurus pusat GMKI; Komunikasi mengenai program-program GMKI; Isu-isu menyangkut hubungan antara pemerintah Jerman dengan Indonesia.
Membangun bilateral dengan pemerintah-pemerintah Negara lain adalah salah satu agenda dari program bidang Komunikasi dan Hubungan Internasional Pengurus Pusat GMKI masa bakti 2012-2014. Targetan dari program ini adalah membangun hubungan yang baik dalam usaha perwujudan visi GMKI melalui pemerintah Negara lain.
sumber: PP GMKI